“Saya katakan kepada Uni Eropa bahwa mereka harus menutupi defisit mereka yang luar biasa besar dengan membeli minyak dan gas kami dalam skala besar. Kalau tidak, semuanya akan dikenai TARIF!!!”
WASHINGTON – Mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengancam akan mendorong sanksi tarif baru terhadap Uni Eropa (UE) jika blok tersebut tidak meningkatkan pembelian minyak dan gas dari Amerika Serikat pada 20 Desember 2024.
Pernyataan ini disampaikan Trump dalam wawancara eksklusif dengan jaringan televisi konservatif, di mana ia menyoroti kebijakan energi internasional dan peran Amerika Serikat di pasar global.
“Uni Eropa harus berkontribusi lebih besar dalam hubungan perdagangan energi dengan Amerika. Mereka sangat bergantung pada Rusia dan Timur Tengah untuk minyak dan gas, tetapi mengabaikan sumber energi kami yang lebih baik dan lebih stabil,” ujar Trump pada Kamis malam (19/12).
Trump menyatakan bahwa jika UE terus melanjutkan kebijakan yang menurutnya tidak adil terhadap energi AS, ia akan merekomendasikan penerapan tarif baru pada barang-barang utama yang diimpor dari Eropa, termasuk kendaraan dan produk baja.
“Kami memiliki energi terbaik di dunia—lebih murah, lebih bersih, dan jauh lebih aman dibandingkan apa yang mereka beli sekarang. Jika mereka tidak mengubah kebijakan ini, kami harus bertindak. Saya akan merekomendasikan tarif tinggi pada produk mereka.
“Itu adalah cara yang kami gunakan untuk memulihkan keadilan perdagangan,” tegas Trump.
Ancaman ini muncul di tengah laporan bahwa negara-negara Eropa, terutama Jerman dan Prancis, telah meningkatkan impor energi dari Timur Tengah dan Rusia, meskipun ada sanksi sebelumnya terhadap Moskow.
Sementara itu, pejabat Uni Eropa memberikan tanggapan hati-hati atas ancaman Trump. Dalam konferensi pers di Brussels, Komisioner Perdagangan UE, Margrethe Vestager, mengatakan bahwa Uni Eropa tetap berkomitmen pada diversifikasi sumber energi mereka, tetapi menolak untuk “diintimidasi” oleh ancaman sanksi.
“Kami memahami pentingnya hubungan perdagangan transatlantik, tetapi kami tidak akan menerima tekanan atau ultimatum dalam menentukan kebijakan energi kami,” ujar Vestager.
Dalam wawancara eksklusif, Trump menambahkan bahwa tarif bukanlah langkah yang diinginkan, tetapi ia merasa itu adalah satu-satunya jalan untuk memastikan hubungan perdagangan yang lebih adil.
“Saya sangat ingin bekerja sama dengan Eropa, tetapi mereka harus sadar bahwa mereka tidak bisa hanya menjadi konsumen energi dari sumber lain sementara kami, sekutu terdekat mereka, diabaikan. Ini bukan hanya soal ekonomi, tetapi juga geopolitik,” kata Trump.
Ketika ditanya apakah ia sudah melakukan pembicaraan dengan pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, yang kini memimpin Indonesia, Trump menyebut bahwa ia menghormati hubungan strategis kedua negara dan berharap untuk menjalin lebih banyak kerja sama energi di kawasan Asia-Pasifik.
Ancaman Trump datang di tengah fluktuasi harga minyak dunia, yang telah mengalami lonjakan akibat ketidakpastian geopolitik di Timur Tengah. Langkah ini, jika benar diterapkan, dapat memperburuk hubungan perdagangan antara AS dan UE yang telah memanas selama beberapa tahun terakhir.
Sementara itu, analis energi dari Energy Policy Group, Amanda Reynolds, memperingatkan bahwa langkah tarif seperti ini dapat merusak hubungan diplomatik sekaligus memperburuk situasi pasokan energi global.
“Penerapan tarif akan membuat UE semakin bergantung pada pemasok energi alternatif, yang berpotensi melemahkan posisi AS dalam pasar energi global,” ujar Amanda.
Dengan ancaman tarif baru dari Trump, hubungan AS-UE memasuki fase ketegangan baru, terutama di sektor energi. Uni Eropa dihadapkan pada pilihan sulit: memenuhi tuntutan energi AS atau mencari alternatif untuk melindungi kebijakan energinya yang lebih luas.