Tanjungpinang, Suarafakta.id – Nama Rahma semakin populer di Tanjungpinang, namun bukan karena prestasinya, melainkan karena kebohongan demi kebohongan yang ia sebarkan ke masyarakat. Sebagai Wali Kota Tanjungpinang, Rahma sering bicara tidak sesuai kenyataan, dan mengklaim berbagai keberhasilan yang sebenarnya bukan hasil usahanya, tapi prestasi orang lain. Mari kita cek faktanya.
Kebohongan Pertama: Klaim Menumbuhkan 15 Ribu UMKM
Rahma sering mengklaim bahwa dirinya sukses menumbuhkan 15 ribu UMKM selama tiga tahun masa jabatannya. Namun, fakta yang ada menunjukkan sebaliknya. UMKM di Tanjungpinang tumbuh pesat karena adanya bantuan modal dari pemerintah pusat dan provinsi, terutama selama masa pandemi dan pasca-pandemi. UMKM bukan berkembang berkat “dandang kuali” yang disebar Rahma, melainkan karena adanya bantuan modal usaha.
Kebohongan Kedua: Klaim Anti Korupsi
Rahma menyatakan tidak pernah terlibat korupsi. Namun, publik jelas mengingat peristiwa di mana ia terlibat dalam dugaan korupsi dana APBD Tanjungpinang sebesar Rp 2,7 miliar melalui pos anggaran TPP ASN. Setelah dilaporkan ke kejaksaan, dana tersebut baru dikembalikan ke kas daerah. Setelah itu, Rahma masih tak malu muka yang mengaku anti korupsi.
Kebohongan Ketiga: Tolak Dinasti
Rahma tegas menyatakan menolak praktik dinasti dalam pemerintahannya. Kenyataannya, keluarganya menduduki jabatan strategis, seperti kembarannya yang menjabat anggota DPRD Kepri, dan suaminya, Agung Wira Dharma, ditunjuk menjadi pengacara Pemko Tanjungpinang, dan juga pernah mencalonkan diri sebagai anggota DPRD Kepri pada Pemilu 2024. Apakah ini bukan bentuk dari praktik dinasti yang disangkal Rahma?
Kebohongan Keempat: Janji Membangun Tanjungpinang
Rahma menyatakan berkomitmen membangun Tanjungpinang, namun banyak program yang tidak terealisasi. Dari 18 program pembangunan yang telah direncanakan dalam RPJMD 2018-2023, hanya sedikit yang terlihat wujudnya, seperti puskesmas di Tanjungpinang Barat dan kawasan wisata kuliner di Bintan Center. Program lainnya, seperti pembangunan 9 kantor lurah, kantor camat, gedung pemuda untuk Gen Z dan Milenial, taman ramah lansia, gedung olahraga, alun-alun di setiap kecamatan, renovasi gedung gonggong dan aula 5 lantai, hanya tinggal janji.
Beberapa proyek seperti Cultural Center yang juga janji Rahma, justru diselesaikan oleh Pj. Andi Rizal dari dana pemerintah pusat. Berbeda dengan almarhum Syahrul, meski hanya menjabat 1,5 tahun, berhasil membangun QUR’AN Centre dan satu kantor lurah, serta merealisaiskan program seragam gratis.
Kebohongan Kelima: Komitmen Meningkatkan Kesejahteraan ASN
Rahma mengklaim memperjuangkan kesejahteraan ASN, namun kebijakan ‘merampas’ kesejahteraan ASN. Tambahan penghasilan pegawai atau TPP untuk PPPK guru dan tenaga teknis dipotong hingga 50 persen, sementara tunjangan untuk pejabat tinggi tetap utuh. Ketika PPPK 2023 belum dibayar, Rahma malah berusaha mencari simpati dengan menyatakan keprihatinan.
Kebohongan Keenam: Seragam Gratis
Rahma sering mengklaim sebagai inisiator program seragam gratis untuk siswa SD dan SMP, padahal program ini digagas oleh almarhum Syahrul, yang berjalan baik selama dua tahun, namun setelah Rahma menjabat, bantuan seragam tersebut malah dipangkas sehingga tak sesuai dari komitmen awal.
Kebohongan Ketujuh: Komitmen terhadap Pers yang Sejahtera
Rahma mengaku mendukung pers yang berkualitas dan sejahtera, namun kenyataannya ia justru anti kritik. Wartawan yang mengkritiknya digolongkan sebagai “wartawan tidak baik”, sementara wartawan yang mendukungnya sebagai “wartawan baik” yang mendapat perlakuan istimewa. Ini adalah bentuk otoritarianisme yang tidak hanya merugikan kebebasan pers, tapi juga mengancam demokrasi.
Kebohongan Kedelapan: Mengagumkan Almarhum Syahrul untuk Meraih Simpati
Dalam setiap kesempatan, Rahma sering menyebut almarhum Syahrul sebagai sosok yang menginspirasi. Namun, setelah Syahrul meninggal dan belum kering tanah kuburannya, Rahma justru bertindak bengis dengan mengusir istri dan cucu almarhum dari rumah dinas Wali Kota. Ini menunjukkan betapa rendahnya moralitas Rahma di balik pencitraannya yang mengatasnamakan Syahrul.
Kebohongan Kesembilan: Klaim
Prestasi Infrastruktur dari Cen Sui Lan
Rahma mengklaim pembangunan Asrama Qur’an Center dan Pasar Baru Tanjungpinang sebagai prestasinya, padahal proyek tersebut adalah hasil perjuangan Cen Sui Lan, yang mendapatkan dana dari aspirasi ketika masih menjabat sebagai anggota DPR RI. Rahma hanya bisa mengklaim hasil kerja orang lain sebagai prestasinya sendiri.
Kebohongan Kesepuluh: Komitmen Membangun Masa Depan Gen Z dan Milenial yang Lebih Baik
Rahma sering menyuarakan untuk memperjuangkan masa depan Gen Z dan Milenial yang lebih baik. Ucapannya bisa meluluhkan hati para generasi muda, namun kenyataan berbanding terbalik. Tiga tahun Rahma punya kesempatan membangun gedung pemuda dan gelanggang remaja sebagai tempat Gen Z dan Milenial untuk mengembangkan kreatifitasnya. Hingga jabatannya berakhir, tak pernah terlihat wujud pembangunan gedung pemuda yang dijanjikan dalam RPJMD Tanjungpinang, tahun 2018-2028, kecuali hanya kebohongan semata.
Kebohongan demi kebohongan yang disebarkan oleh Rahma untuk membohongi masyarakat Tanjungpinang, menunjukkan ia tidak berintegritas dan tidak layak menjadi seorang pemimpin di kota Gurindam Negeri Pantun ini.
Rakyat Tanjungpinang harus lebih cerdas dan berhati-hati dalam memilih pemimpin yang benar-benar mampu membawa perubahan dan kesejahteraan, jangan terjebak dengan calon pemimpin yang hanya pandai berbohong seperti Rahma, yang lebih mementingkan pribadi dan keluarganya, dan selalu berbohong demi kekuasaan.